Sejarah masa kecil Nabi Muhammad

 

Selama perjalanan, Muhammad muda tidak diragukan lagi melahap semua cerita2 gaib tersebut. Ingatannya yang kuat menanam cerita itu dalam2, yang dikemudian hari akan memainkan peran yang sangat kuat dalam pikiran2 dan imajinasi2nya. Para penulis Muslim menceritakan banyak keadaan2 menakjubkan yang telah disaksikan Muhammad selama perjalanan hidupnya. Kata mereka, dia melayang dibantu malaikat yang tidak terlihat yang melindungi dia dari panasnya pasir gurun dan panasnya sinar matahari dengan sayap2 mereka.


Dalam kejadian lain, dia dilindungi oleh awan, yang melayang diatas kepalanya selama panas siang hari. Kejadian lain lagi, katanya pohon yang layu tiba2 mengembangkan daun2nya dan mekar untuk menyediakan payung bagi Muhammad yang sedang menderita kepanasan.


Semua keajaiban ini tidak didasarkan pada bukti2 dan saksi mata; malah kebanyakan adalah pernyataan Muhammad sendiri atau diciptakan setelah kematiannya oleh para pengikut fanatiknya yang harus dipercayai muslim tanpa banyak tanya.


Selama perjalanannya, Muhammad mengaku bertemu sejumlah pertapa2 Kristen. Rahib Bahira yang terkenal adalah salah satu diantaranya. Dalam percakapannya dengan Muhammad, Bahira kaget dengan tingkat intelektualitasnya dan terpukau akan hasrat besarnya untuk mendapatkan segala macam informasi. Sang Rahib menentang penyembahan berhala, sebuah praktek dimana Muhammad muda dibesarkan. Kristen Nestorian yang merupakan aliran yang dianut rahib Bahira ini, juga melarang pemujaan akan gambar2. Hal itu dilarang bahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dan tentu saja, mereka juga keberatan dengan penggunaan salib, sebuah lambang Kristen yang umum dipakai didunia ini.


Para penulis Muslim menekankan bahwa Bahira tertarik akan Muhammad muda karena melihat tanda kenabian pada bahunya. Penglihatan ini, meyakinkan sang rahib bahwa inilah nabi yang sama yang kedatangannya telah dituliskan dalam kitab2 Kristen. Sang rahib mengatakan pada Abu Talib agar keponakannya jangan sampai jatuh ke tangan orang Yahudi, seakan meramalkan perlawanan yang akan dihadapi Muhammad dimasa depan dari kelompok Yahudi ini.


Diragukan apa pertemuan ini benar2 terjadi. Kalaupun iya, sang rahib pastilah mencoba mendorong agendanya sendiri, karena ia mempunyai misi untuk menyebarkan agamanya sendiri dan ia tertarik akan kepintaran dan rasa ingin tahu Muhammad, dan berusaha menarik Muhammad kedalam agamanya ini. Dia tahu bahwa subjeknya (Muhammad) adalah pendengar yang pasif, dan dia juga keponakan keluarga penjaga Kabah. Dia juga tahu bahwa jika dia berhasil menanamkan bibit ajarannya kedalam pikiran Muhammad, sang rahib dapat menyebarkan, melalui Muhammad, doktrinnya kepada orang2 Mekah, dengan begitu membuat misinya melakukan lompatan besar. Ini adalah sebuah motivasi yang bagus bagi Bahira untuk mengembangkan rasa ketertarikan Muhammad. Dia tidak perlu melihat benjolan besar (yang katanya tanda nabi) dipunggung Muhammad untuk yakin akan kemampuan anak tersebut..


Bersama pamannya Abu Talib, Muhammad kembali ke Mekah, pikirannya penuh dengan dongeng2 dan kisah2 agama yang dia dapat sepanjang perjalanan. Dia sangat terkesan dengan doktrin2 yg diajarkan oleh Rahib Bahira dari biara Nestorian, yang dikemudian hari akan sangat menolongnya dalam pembentukan pemikiran dan doktrin2 agamanya sendiri.


Dimasa remajanya Muhammad mendapat pekerjaan untuk membawa onta2 ke padang rumput. Dia lalu harus menghabiskan waktu sendirian, bagian terbesar dari harinya dihabiskan dipadang gersang diluar Mekah. Membiarkan onta2 menjelajahi padang mencari rumput2 diantara bebatuan, kita dapat membayangkan bagaimana seorang muda, sensitif dan pintar seperti Muhammad, harus menghabiskan waktu seperti itu. Lumrah bahwa kemalangan dan kesengsaraan menciptakan kepahitan dalam diri seseorang.

Kita bisa menduga bahwa ditengah2 frustasinya karena kesepian, dia mestilah bertanya pada dirinya sendiri kenapa dia ada didunia ini sebagai anak yatim, dan kenapa dia harus bekerja sebagai penggembala ditempat sesepi ini dalam umur semuda ini, ketika anak2 seumurnya menghabiskan waktu ditemani oleh orang tua tercinta mereka. Dia juga mesti bertanya kenapa ibunya memberikan dia pada orang yang tidak dia kenal, dan kenapa perlakuan padanya berbeda dibanding perlakuan pada anak2 lain.


Semua ini sangat menyakitkannya; rasa sakit ini menjadi penyebab utama semakin mendalamnya kebencian pada ibunya. Dia percaya jika dia tinggal bersama ibunya, ia tidak perlu menderita ejekan dirumah kakeknya dan pamannya. Dia menganggap ibunya bertanggung jawab atas semua penderitaannya. Kebenciannya kepada wanita makin bertambah ketika saudara2 wanita dirumah pamannya sering mengejek dan mempermainkannya. Mereka mungkin tidak membuat luka ditubuhnya, tapi mereka pasti menyakiti dia sangat dalam, hingga tidak dapat disembuhkan, secara emosional dan psikologikal.


Ketika dia menderita ditangan anggota keluarganya sendiri, tidak ada seorangpun anggota keluarga wanita yang menolongnya dari gangguan ini ataupun menghiburnya sesudahnya. Ia berjanji dalam hatinya untuk membalas semua perlakuan wanita ini suatu saat kelak. Dikemudian hari kebencian Muhammad pun terbukti, bagaimana ia memperlakukan budak wanita, dan bagaimana ia memperlakukan istri2nya.


Egonya, sensitifitas dan perasaannya sangat terluka, Muhammad tidak lagi bermain-main dengan anak2 lain diwaktu luangnya. Malah, dia merasa lebih nyaman bercakap2 dengan orang2 yang berhaji ke Mekah atau berdagang. Dia menikmati percakapan dalam hal2 religius. Dia juga mendapat kepuasan mendengarkan kisah2 religius dari mereka. Sangat sering, dia meminta mereka untuk bercerita tentang kisah2 Arab jaman dulu yang menarik minatnya. Kebanyakan kisah dan dongeng yang dia dengar dari mereka berfungsi sebagai penyembuh dari luka2 hatinya. Jika punya kesempatan, dia akan menceritakan kembali semua kisah2 itu pada para pendengarnya, yang pada gilirannya, membuat kisah itu bagian dari Quran !


Tidak banyak yang terjadi di masa muda Muhammad dan tidak ada hal yang dianggap penting dicatat oleh penulis kisah hidupnya. Dia dikabarkan adalah orang yang pemalu, pendiam dan tidak terlalu suka berhubungan sosial. Meskipun disayang dan dimanja pamannya, Muhammad tetap peka dengan statusnya sebagai anak yatim piatu. Kenangan masa kecil yang sepi dan tanpa kasih terus menghantui sepanjang hidupnya.


Tidak banyak informasi mengenai agama awal Muhammad. Dalam beberapa kisah diceritakan bahwa kakek Muhammad adalah seorang Hanif (monotheisme Ibrahim), namun sang paman Abu Talib adalah seorang penyembah berhala. Ibnu Ishaq menulis bahwa Muhammad biasa sembahyang seorang diri di Hira setiap tahun selama sebulan untuk melakukan 'tahnanuth' yang merupakan ibadah berhala. Menurut masyarakat Quraish, 'tahnanuth' berarti pengabdian agamawi.(Ibn Ishaq, Sirat, p.105)


‘Kami diberitahu bahwa Rasul Allah pernah menyinggung hal tentang al-‘Uzza dan katanya, “Aku telah mempersembahkan domba putih kepada al-‘Uzza, ketika aku masih menjadi pengikut agama masyarakatku.” (Hisham ibn al-Kalbi, Kitab al-Asnam, p.17)


Bukhari juga mencatat bahwa Muhammad muda memakan daging yang dipersembahkan pada berhala Mekah, hal yang dilarang dalam kepercayaan monotheisme seperti Yahudi dan Hanif. (Sahih Bukhari, 67:407, 58:169). Hal ini menunjukkan pada mulanya Muhammad adalah penyembah berhala (kafir), namun karena dorongan dari orang2 seperti Waraqah, Khadijah, dan Zaid bin Amr, akhirnya Muhammad menjadi seorang monotheisme.

 

Dimasa muda Muhammad, terdapat beberapa orang yang telah menentang budaya berhala yang ada di Mekah, dan berdakwah tentang tauhid atau monotheisme. Salah satunya adalah, Zayd bin Amr. Ia adalah seorang penyembah berhala kemudian murtad menjadi seorang Hanif (Agama Ibrahim). Zayd dengan keras menentang polytheisme, karenanya ia kemudian diasingkan oleh orang2 Mekah. Selama masa pengasingan ini, ia sering bertemu Muhammad didekat Gua Hira. Zayd belajar agama hingga ke Syria. Dikemudian hari Muhammad bercerita tentang Zaid ini; “Aku telah melihat dia di surga menggambar baju2nya.” Perkataan ini membuktikan bahwa ia begitu terkesan terhadap ajaran monotheisme yang diajarkan oleh Zaid tersebut. (Ibn Sa'd, vol.i, p.185)


Tahun2 berlalu. Muhammad muda tetap saja suka menyendiri dan lebih memilih hidup di dunianya sendiri, bahkan jauh dari orang2 yang dikenalnya. Bukhari menulis bahwa Muhammad “lebih pemalu daripada perawan wanita bercadar.” Dia tetap saja begitu seumur hidupnya, tidak percaya diri dan pemalu. Dia berusaha mengatasinya dengan membesarkan, menyombongkan dan memuja2 diri sendiri.

 

Like

3

Love

0

Haha

0

Wow

0

Sad

0

Angry

0

Artikel Terkait

Comments (0)

Leave a comment