Nabi muhammad belajar pengetahuan agama dari Waraqah
Fakta sejarah diatas menunjukkan luasnya kebebasan wanita Arab yg dinikmati sebelum munculnya Islam dan mementahkan klaim Doktor2 Muslim yang berkata bahwa Islamlah, yang memberi mereka kebebasan yang telah mereka nikmati dalam dunia modern kita. Kenyataannya, ini jelas bertentangan dengan fakta. Yang benar, Islam, telah merampas kebebasan2 wanita sebelumnya dan membuat mereka budak dibawah tindakan dan keinginan laki2 mereka.
Peran Waraqah ibn Naufal juga tidak bisa dihilangkan dalam pernikahan Khadijah-Muhammad ini. Waraqah adalah pemeluk agama Musa (Yahudi) sebelum kemudian beralih ke Nosrania (Ibn Hisham, Sirah, Vol 1, hl 203). Ia mengikuti monotheisme Musa dan Yesus, yaitu didasarkan Taurat dan Injil. Quran berkali2 menyebut para pengikut monotheis Musa dan Yesus ini "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu"..’ (QS 5:68)
Nosrania / Nestorian adalah sebuah sekte yang berasal dari Kristen Ortodoks. Kepercayaan Waraqah yang menolak ke-ilahian Yesus ini adalah kepercayaan yang dianggap menyeleweng dari kepercayaan Kristen ortodoks. Yesus baginya hanyalah seorang nabi, yang menuntaskan hukum Musa. Ia juga membantah kematian Yesus di tiang salib dan kebangkitannya sepeti yang ditulis dalam ke empat Injil kaum ortodoks. Kepercayaan ini sama dengan kepercayaan sekte Nazareth terkenal yang dinamakan EBIONISME.
Baca Juga: Sejarah masa kecil Nabi Muhammad
Itulah sebabnya Muhammad dalam Quran menyebut orang Kristen sebagai NASRANI, para pengikut Nestorian.
Data2 sejarah menunjukkan bahwa dalam areal Hijaz Arab pusat ini, terdapat sejumlah kelompok Arab yang memeluk agama Nosrania. Bahkan beberapa anggota clan Quraysh. Yang paling menyolok adalah putera Qussayy, Abdul Uzzah. Sejarawan Al Ya’qubi menulis: ‘Diantara para Arab yang memeluk Nosrania adalah sekelompok Quraysh, dari Banu Assad, putera Abdul Uzzah dan Waraqah, putera Nawfal, putera Assad.’ (Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257)
Al Ya’qubi juga menuliskan kepercayaan non-Kristen Mekah.
‘… Arab dibagi atas 2 kelompok: al-Hum (yang taat) dan al-Hillah (yang tidak peduli). Kelompok Qurasy termasuk kelompok yang pertama (hl 256). Dan tentang praktek agama mereka, Al Yaqubi menjelaskan: ‘Mereka percaya pada nabi Ibrahim (Al-Hanif), mengadakan hijrah, menghormati bulan suci … menghukum tindak kriminal. Mereka selalu berlaku seakan mereka tuan rumah di tempat2 ini.’ (hl 254)
Sejarawan lain, Al-Azraqi mempelajari bukti2 tentang adanya gereja2 Nosrania
Quraysh dengan memperhatikan penggalian arkeologis. ‘Mereka memasang di Kabah gambar2 para nabi, pohon2 dan malaikat. Anda bisa melihat gambar2 Ibrahim, Yesus dan malaikat2 di Kabah. Setelah penaklukan Mekah tahun 632 M, Muhammad memasuki daerah keramat dalam Kabah itu, memerintahkan diambilnya air dari sumber Zamzam. Ia kemudian meminta selembar kain kasar dan memerintahkan agar kain tersebut dibasahi untuk menghilangkan semua gambar. Namun, Muhammad menaruh tangannya pada gambar2 Yesus dan mengatakan ‘Hapuskan semuanya kecuali gambar2 dibawah tangan saya.’’ (Al-Azraqi, Akhbar Makkah, Vol 1, hl 165).
Al Isfahani, sejarawan Arab merujuk pada Waraqah sebagai ‘al Qiss’, jabatan bagi orang suci /pendeta Kristen. Katanya, ‘Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yang menolak penyembahan berhala dalam periode jahilyah. Ia mencari agama suci, membaca buku2 suci dan abstain dari memakan daging berhala. Ibn Sa’ad, menyebut ‘Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yg menolak penyembahan berhala dan daging tertentu – daging hewan yang dicekik dan darah hewan.’ (Tabaqat, hl 162)
Waraqah juga dianggap ahli tafsir kitab2 suci, guru dan penerjemah kitab suci kedalam bahasa Arab. Ia menjelaskan isi kitab2 suci, ajarannya dan mempraktekkan kewajibannya.
BUKTI WARAQAH MENERJEMAHKAN INJIL KEDALAM BAHASA ARAB:
‘Pendeta/Biarawan Waraqah menulis kitab Ibrani. Ia menulis dari Injil Ibrani apa yang diinginkan Tuhan.’ (Sahih Bukhari 1:3)
‘Pendeta Waraqah menulis buku Arab. Ia menulis dari Injil kedalam bahasa Arab apa yang diinginkan Tuhan.’ (Sahih Muslim 301)
‘Waraqah mengganti agamanya kepada Nosrania pada jaman jahilyah. Ia menulis buku Ibrani apa yang ia ingin tulis.’ (Abu al Faraj al Isfahani, ‘Kitab al Afghani,’ Vol III, p 114)
Quran tidak pernah merujuk pada Injil dalam bentuk jamak karena Waraqah hanya mengenal satu Injil, yaitu Injil Ibrani (INJIL MATIUS), satu2nya Injil yang diterjemahkan Waraqah kedalam bahasa Arab. Inilah Injil yang digunakan kaum Ebionis.
Al Qiss Waraqah, sebagai pemimpin Gereja Nosrania di Mekah, harus menjelaskan Injil kepada pengikutnya yang kebanyakan tidak tahu menahu tentang masalah spiritual. Inilah yang membuatnya menerjemahkan Injil Ibrani kedalam bahasa Arab yang jelas dan mudah dimengerti. Salah satu muridnya adalah MUHAMMAD BIN ABDULLAH, sepupunya, suami Khadijah.
Hubungan keduanya memang dekat. Waraqah-lah yang menikahkan Muhammad dengan Khadijah. Ia mengajarkannya berdoa dan semedi di Bukit Hira. Ia mengumumkan ramalannya tentang Muhammad kepada sesama Arab di Mekah. Bahkan setelah kematian Waraqah, kata Bukhari, ‘PERSEDIAAN WAHYU BAGI MUHAMMAD MENGERING’ (Bukhari 1:3, 60:478) Komentar Muhammad sendiri tentang Waraqah : ‘Saya melihatnya di pusat Surga. Ia mengenakan kain putih.’ (Nasrani bukan Islam masuk surga???)
Apa agama Waraqah saat wafat ? Muslim atau Kristen Sektarian (Nosrania) ?
Ibn al Abbas : ‘Ia mati sesuai dengan kepercayaan Nazarethnya.’Ibn al Yaouzi : ‘Ia mati dan dikubur di al Houjoun. Ia bukan Muslim.’
(Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257)
Al Houjoun adalah kuburan para pemercaya satu Tuhan (Al-Hanif) dari suku Quraisy. Abdul Muttalib, kakek Muhamad dan orang tuanya juga dikubur disana.
Para penulis Sirat Rasulullah, anehnya, tidak memberikan banyak fakta tentang Waraqah, kecuali asalnya dari suku Quraysh, kepemimpinannya dan misi aktifnya di Mekah. Ini aneh karena Quran sendiri yang menegaskan eksistensi mereka. Malah, kebanyakan ajaran Quran tidak bisa dimengerti jika ajaran Injil Ibrani tidak dikenal. Juga, sangat sulit untuk mengerti sejarah nabi2 Perjanjian Lama atau ajaran taurat dan Injil, seperti yang dijabarkan dalam Quran, kalau mereka tidak ditemukan dalam kerangka dasarnya. Cerita Johanes Pembaptis, putera Zakariah, pengumuman para malaikat akan kelahiran Yohanes dan Yesus, mukjizat2 Yesus serta pesan2nya dalam Injil.
Status Waraqah harus ditekankan dalam pernikahan Muhammad-Khadijah. Al Qiss Waraqah adalah salah satu diantara para ketua dan petinggi masyarakat Mekah. Ia menegaskan statusnya dalam perkawinan itu ketika menyatakan: ‘Kami para pemimpin dan ketua para Arab …’ Saudara2 Arabnya menganggapnya sebagai pemimpin spiritual dan manajer masyarakat Nosrania.
Kedua, disebutkan bahwa Waraqah-lah yang mensahkan kontrak perkawinan ini. Ia adalah ulama utama, yang atas nama Tuhan menetapkan kontrak yang hanya bisa dibatalkan oleh kematian salah seorang dari pasangan perkawinan itu, sesuai dengan ajaran Injil versi Ebionis. Sebagai pendeta Kristen Nosrania, ia mensahkan penyatuan kedua sepupunya, Muhammad dan Khadijah. Kontrak inilah salah satu alasan mengapa Muhammad tidak berpoligami saat Khadijah masih hidup.
Ketiga, harapan Waraqah akan perkawinan ini adalah bagi kaumnya. Apakah ia hanya memberikan perlindungan dan kemapanan material bagi Muhammad yang miskin dan yatim piatu itu atau apakah ia juga ingin mempersiapkan Muhammad sebagai PENERUSnya, sebagai pemimpin (religius) Nosrania dan kepala kaum Quraysh ?
Keempat, partisipasi paman Muhammad, Abu Talib dalam rencana pendeta itu harus dicatat. ‘Saya bersumpah demi Tuhan, setelah perkawinan ini keponakan saya ini akan mendapatkan wahyu besar dan akan memulai peran bahaya.’ Bagaimana Abu Talib mengetahui peran masa depan keponakannya itu? Bahkan seberapapun besar cinta Khadijah pada Muhammad, tanpa pengaturan seorang anggota Quraysh yang berpengaruh dan berkuasa, mungkinkah ia akan menikahi Muhammad? Mungkinkah orang itu Waraqah? Memang, tanpa Waraqah dan Khadijah, Muhammad tidak akan berarti apa2.
Waraqah kemudian mengajarkan segala pengalamannya kepada Muhammad guna persiapan masa depan. Langkah pertama adalah isolasi ke Bukit Hira. Disitu ia akan mengasah kemampuannya bersemedi. Kakeknya sendiri sering bertapa ke daerah itu untuk tujuan spiritual. Waraqah dan Muhammad mencari kesepian di sebuah goa di daerah itu dan setiap sekali setahun menghabiskan waktu satu bulan untuk semedi, selama bulan puasa selama periode 15 tahun. Dalam goa Khalwah ini, Waraqah menurunkan pengetahuannya kepada Muhammad.
Ibu angkat Muhammad, Halimah melaporkan: ‘Dalam masa pertumbuhannya, Muhammad kadang keluar dengan teman2nya. Begitu mereka mulai bermain, ia meninggalkannya dan pergi ke tempat terkucil. Bagi Muhammad, pengalaman ini membebaskan jiwanya dari keramaian dunia dan memilih kehidupan yang dekat dengan Tuhan… tidak ada yang lebih penting baginya ketimbang menyendiri dan bersemedi pada Tuhan. Ia biasanya pergi ke Bukti Hira dan mempraktekkan semedi pagi dan malam hari.’
Namun Muhammad tidak mungkin melakukan ini kalau ia tidak dibimbing orang2 yang berpengalaman. Kakeknya, Abdul Muttalib dan pendeta Waraqah, adalah beberapa orang diantaranya. Muhammad mengadopsi contoh mereka untuk mempersiapkan mentalnya bagi misinya.
Ibn Hisham mencatat pernyataan al Yaqubi tentang goa Khalwah; ‘Rasulullah memasuki bukit Hira selama satu bulan sekali setahun begitu juga anggota2 Quraysh lainnya.’
Biografer lainnya menyebutkan: ‘Setelah akhir bulan (bersemedi) itu, ia kembali ke Kabah sebelum pulang. Ia melingkarinya sebanyak TUJUH KALI dan lalu berjalan pulang.’
Pengajar2 kompeten seperti Waraqah memberi instruksi kepada Muhammad. ‘Sebelum tibanya ramalan, Muhammad melakukan praktek agama sesuai dengan hukum Ibrahim dan Musa atau tradisi2 yang ada waktu itu.’
Sirah yg sama mengatakan: ‘Muhammad mempraktekkan puasa seperti Musa dan Elijah di Bukit Horeb (Exodus 3:1) dan seperti Yesus dan bapak2 Kristen pertama di gurun2 di Palestina.
Praktek puasa bulan Ramadhan juga merupakan tradisi pra-islam. Ini adalah bulan puasa dan doa2 khusus. Seperti disebutkan dalam Quran, ‘Wahai kalian yang beriman! Puasa ditentukan bagimu seperti yang diperintahkan kepada mereka yang datang sebelummu.’ (QS 2:183)
Selama bertahun2, Muhammad dan Waraqah bersama2 bekerja keras. Injil Matius yang diterjemahkan sang pendeta dari bahasa Ibrani kedalam bahasa Arab juga dipelajari Muhammad. Muhammad kagum bukan hanya dengan pesan Injil Yahudi, tetapi juga dengan kerja keras sepupunya, sang pendeta, dalam menerjemahkan kitab suci itu. Quran sendiri menunjukkan bahwa terjemahan Waraqah memperkenalkan Muhammad pada perbendaharaan kata2 suci. Untuk mempelajari lebih lanjut hal ini, kita harus menghilangkan sangkaan bahwa Muhammad buta huruf (tidak dapat membaca danm menulis).












Comments (0)