Nabi muhammad belajar pengetahuan agama dari Waraqah
Kepercayaan kuat bahwa Muhammad buta huruf melawan segala bukti yang ada: Ekspresi Quran ‘nabi buta huruf’ bukan berarti ia tidak bisa baca tulis. Penting disini untuk mengetahui apa yang diketahui Muhammad dan apa yang tidak diketahuinya. Yang diketahuinya adalah membaca/menulis yang sudah diajarkan padanya sejak kanak2. Bukti melek aksaranya sudah nampak dalam Quran dan buku2 lain. Apa yang TIDAK ia ketahui dan ingin dipelajarinya adalah ilmu kitab suci yang diwahyukan, yaitu ilmu spiritualitas dan hukum2. Ia akan mendapatkan ilmu ini dari seseorang yang sudah memilikinya.
1) orang ‘buta huruf’ menurut Quran adalah seseorang yang tidak memiliki kitab suci. Yahudi, keturunan Ishak, putera Ibrahim adalah kaum Ahlul Kitab. Sementara Arab, keturunan Ismael, putera Ibrahim BELUM memiliki Alkitab. Inilah yang dimaksudkan dengan ‘buta huruf’ di jaman Arab pra-Islam.
Quran membuat perbandingan ini : ‘Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?’ (QS 3:20) Ini menunjukkan keinginan para ‘buta huruf’ untuk mempelajari kitab suci.
‘Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka’ (QS 2:78)
Muhammad menunjukkan kebanggaannya karena Tuhan memilihnya dari antara orang2 yang tidak memiliki kitab suci itu. ‘Allah mengirimkan rasul dari antara mereka.’ (QS 7:63)Baca Juga: Sejarah masa kecil Nabi Muhammad
Jadi keadaan ‘buta huruf’ ini lebih menunjuk kepada status sosial, ketimbang pada kemampuan baca tulis. Ayat2 berikut menunjukkan bahwa Muhammad percaya bahwa ia datang dari latar belakang ‘buta huruf’ ini. ‘orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi …’ (QS 7:157) dan ‘maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya’ (QS 7:158).
Jadi, kaum ‘buta huruf’ adalah bangsa Arab, keturunan Ismael, yang tidak memiliki kitab suci, sementara Ahlul Kitab, adalah keturunan Ishak, yang memiliki kitab suci.
2) Malaikat Jibril menyuruh Muhammad membaca dalam ayat pembuka Surah 96:
‘BACA ('Ikrar'), dalam nama Allahmu, yang menciptakan manusia dari segumpal darah… BACA ! Karena Allahmu maha pemurah, Ia yang mengajarkanmu cara penggunaan pena dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.’ (1-6)
Para ilmuwan Muslim setuju bahwa ini surah pertama yang turun pada Muhammad. Mereka juga bersikeras bahwa Jibril membawa buku di tangannya untuk ditunjukkan kepada Muhammad. Jika Muhammad tidak dapat membaca, maka mengapa ayat Quran ini memerintahkan nabi untuk ‘BACA’ ?
3) Muhammad mendapatkan kemampuan ilmu2 alam termasuk kemampuan membacanya dari Abu Talib. Ibn Sa’d mengomentari hubungan dekat paman dengan keponakannya. ‘Ia mencintainya lebih dari pada anak2nya sendiri. Ketika Muhammad keluar rumah, pamannya akan menemaninya. Abu Talib memberikan cinta besar kepadanya dan menyisakan bagi Muhammad makanan yang paling baik.’
Ini jelas berarti bahwa sang paman memberikan pendidikan kepada keponakannya yang yatim piatu itu sama dengan apa yang didapatkan puteranya sendiri, Ali. Sepupu Muhammad ini, menulis karyanya berjudul Nahj al Balaghah (The Path of Eloquence). Jadi tidak mungkin Abu Talib mengecualikan keponakannya dari apa yang didapatkan anaknya sendiri.
Ilmu Ilahi yang diberikan Waraqah kepada Muhammad adalah ilmu Kitab Suci. Mereka bersama2 belajar Midrash, Talmud, Taurat dan Injil Matius, empat kitab yang nantinya menjadi dasar penulisan Quran. Dalam uraian yang akan datang kita akan mengetahui bahwa Quran adalah hasil modifikasi dari keempat kitab tersebut.
Muhammad mempelajari Injil Ibrani (Injil Matius) dengan Waraqah. Kitab ini adalah hasil terjemahan kedalam bahasa Arab oleh Waraqah, dimaksudkan agar dapat menyelesaikan perselisihan.
‘Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).’ (QS 43:3)
Dengan pengetahuan ini, Muhammad dan pengikutnya akan membantu bangsa Arab yang bermasalah dengan hukum pidana. Orang2 ini tidak bisa dihakimi ataupun dibela karena mereka tidak memiliki kitab suci. ‘Apakah kami akan memberlakukan Muslim seperti orang yang berdosa? Ada apa denganmu? Bagaimana kalian menghakimi? Atau apakah kalian memiliki sebuah buku yang kalian pelajari? Itu kalian akan miliki …’ (QS 68:35-39)
Jadi Muhammad mempelajari kitab suci yang ditawarkan Waraqah. Ia akan menggunakan pengetahuannya ini untuk menjelaskan arti2nya kepada saudara2 Arabnya. Dengan itu ia dapat menyatakan dengan yakin ‘kepada orang yang membahas Tuhan, tanpa ilmu, tanpa pengarahan dan tanpa buku pengarahan yang mapan.’ (QS 31:20,22)
Bukti ini menunjukkan bawha Muhammad mampu membaca dan memiliki ilmu Ilahi. Jadi kalau Quran merujuk kepada ‘ilmu yang tidak diketahui manusia’ ini berarti ilmu tentang kitab2 suci yang sudah diturunkan terdahulu.
Saat Muhammad mengalami keraguan atas wahyu Allah, ia diperintahkan agar bertanya kepada Ahlul Kitab.
‘Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,’ (QS 16:43)
Dan salah satunya yang membaca kitab dan memiliki pengetahuan yang datang sebelumnya adalah Al Qiss Waraqah.
‘Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.’ (QS 21:7)
‘Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka..’ (QS 6:90)
‘Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan.’ (QS 7:159)
’Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.’ (QS 7:181)
Terbukti bahwa Muhammad merupakan bagian dari rencana Waraqah. Khadijah, wanita mapan & beruntung itu menyediakan fasilitas yang diperlukan Muhammad dalam misinya dalam bentuk uang, kehormatan dan cinta. (Muhammad bisa pergi dari rumah, belajar, berkotbah, bertapa selama berbulan2 lamanya tanpa mengkhawatirkan keuangan keluarga.)
Kesemuanya ini diatur Waraqah dan diwujudkan oleh Khadijah. Wanita Arab ini menjadi penghubung antara Waraqah dan Muhammad. Sering dikatakan, ‘Khadijah mengeksekusi semua hal sesuai dengan nasehat Waraqah.’
Waraqah, Khadijah dan Abu Talib memainkan peranan penting dalam hidup dan misi Muhammad. Setelah kematian mereka sekitar th 619, Muhammad merasakan kehilangan hubungan intim dan dukungan emosional. Dengan kematian Waraqah, ‘persediaan wahyu mengering.’ Dengan kematian Khadijah, ‘cobaan semakin meningkat dalam kehidupan Muhammad. Setelah kematian Abu Talib, ‘klan Quraysh mencoba melukai Rasulullah.’ Muhammad kehilangan TRINITAS nya.
Apa sebenarnya maksud sang pendeta Kristen sekte Nosrania tersebut? Apa yang diinginkannya dari Muhammad? Kenabian Muhammad atau kepentingannya sendiri ?
Setelah para kolektor Quran mulai meremehkan peran sang pendeta, mereka terdorong oleh tradisi oral yang lebih mementingkan aspek hukumnya, ketimbang bukti2 sejarah. Para kolektor ini menerima sedikit informasi atas peran sang pendeta dalam kenabian Muhammad. Mereka ini juga tidak mempertanyakan bagaimana otoritas religius (al-Qussussiyyah) ditransmisikan oleh sekte Nosrania kepada mereka yang mengikuti Islam.
Namun karena banyak keraguan bahwa Muhammad benar2 seorang nabi, para kolektor ini mencari tanda2 yang mereka lacak ke hari2 pertama Adam. Mereka terus mencari tanda2 dengan mengatakan bahwa rabbi, pendeta, tukang sihir, JIN, SETAN, hewan, berhala, pohon dan batu mendukung pesan nabi. Mereka bersikeras bahwa nama Muhammad ditemukan dalam Taurat dan Injil. Pada saat yang sama mereka mengesampingkan al Qiss Waraqah yang sebenarnya adalah orang yang pertama2 menyatakannya sebagai nabi disamping Khadijah.
Ini peristiwa saat Muhammad mendapatkan wahyu pertamanya, kemudian Waraqah menyatakan Muhammad sebagai seorang nabi:
Satu aliran Islam menulis, di suatu malam dibulan Ramadhan ditahun 610 M, saat berumur 40 tahun, ketika dia bersemedi di gua Hira, malaikat Jibril muncul didepannya “dalam bentuk manusia yang sangat menyilaukan” (R.V.C. Bodley, op. cit. hal 56) dan memerintahkannya untuk “membaca dalam nama tuhanmu” (QS 96:1).












Comments (0)