Buku Bahasa Indonesia Karen Amstrong: Sejarah Tuhan
Gagasan Aristoteles tentang Tuhan berpengaruh besar terhadap monoteis selanjutnya, khususnya terhadap orang Kristen di dunia Barat. Dalam Physics, dia menganalisis hakikat realitas dan struktur serta substansi semesta. Dia mengembangkan apa yang kemudian berkembang menjadi versi filosofis teori emanasi kuno tentang kisah penciptaan: Ada hierarki eksistensi, masing-masing memberi bentuk dan mengubah yang di bawahnya. Akan tetapi, tidak seperti mitos kuno, dalam teori Aristoteles, emanasi semakin melemah ketika semakin jauh dari sumbernya. Pada puncak hierarki ini terdapat Penggerak yang Tidak Digerakkan, yang oleh Aristoteles diidentifikasi sebagai Tuhan. Tuhan ini merupakan wujud murni dan, dengan demikian, abadi, tidak berubah, dan spiritual. Tuhan ini adalah akal murni, pada saat yang sama merupakan yang berpikir dan yang dipikirkan sekaligus, terlibat dalam waktu abadi untuk berkontemplasi tentang dirinya sendiri, objek pengetahuan tertinggi. Karena materi tidak abadi dan lemah, tidak ada unsur materi di dalam Tuhan atau tingkat wujud yang lebih tinggi. Penggerak yang Tidak Digerakkan mengakibatkan semua gerak dan aktivitas di alam semesta, karena setiap pergerakan pastilah mempunyai sebab yang dapat dilacak kembali kepada sumber yang tunggal. Dia mengaktifkan dunia melalui sebuah proses penarikan, karena semua wujud tertarik ke arah Wujud itu sendiri.
Gagasan Aristoteles tentang Tuhan berpengaruh besar terhadap monoteis selanjutnya, khususnya terhadap orang Kristen di dunia Barat. Dalam Physics, dia menganalisis hakikat realitas dan struktur serta substansi semesta. Dia mengembangkan apa yang kemudian berkembang menjadi versi filosofis teori emanasi kuno tentang kisah penciptaan: Ada hierarki eksistensi, masing-masing memberi bentuk dan mengubah yang di bawahnya. Akan tetapi, tidak seperti mitos kuno, dalam teori Aristoteles, emanasi semakin melemah ketika semakin jauh dari sumbernya. Pada puncak hierarki ini terdapat Penggerak yang Tidak Digerakkan, yang oleh Aristoteles diidentifikasi sebagai Tuhan. Tuhan ini merupakan wujud murni dan, dengan demikian, abadi, tidak berubah, dan spiritual. Tuhan ini adalah akal murni, pada saat yang sama merupakan yang berpikir dan yang dipikirkan sekaligus, terlibat dalam waktu abadi untuk berkontemplasi tentang dirinya sendiri, objek pengetahuan tertinggi. Karena materi tidak abadi dan lemah, tidak ada unsur materi di dalam Tuhan atau tingkat wujud yang lebih tinggi. Penggerak yang Tidak Digerakkan mengakibatkan semua gerak dan aktivitas di alam semesta, karena setiap pergerakan pastilah mempunyai sebab yang dapat dilacak kembali kepada sumber yang tunggal. Dia mengaktifkan dunia melalui sebuah proses penarikan, karena semua wujud tertarik ke arah Wujud itu sendiri.
intuisi terlatih yang menghasilkan transendensi diri yang ekstatik. Akan tetapi, sedikit sekali orang yang mampu mencapai kebijaksanaan ini dan kebanyakan hanya dapat mencapai phronesis, melatih firasat dan kecerdasan dalam hidup sehari-hari. Meski dalam sistemnya posisi Penggerak yang Tidak Digerakkan sangatlah penting, Tuhan Aristoteles tidak banyak terkait dengan agama. Tuhan ini tidak menciptakan dunia, karena tindakan itu akan mengakibatkan perubahan dan aktivitas temporal yang tidak sepantasnya. Meskipun segala sesuatu merindukannya, Tuhan ini tetap tidak peduli pada eksistensi alam semesta, karena dia tidak dapat berkontemplasi tentang sesuatu yang lebih rendah daripada dirinya. Dia jelas tidak mengarahkan atau membimbing dunia dan tidak dapat membawa perubahan dalam kehidupan kita, dengan cara apa pun. Adalah pertanyaan yang tak terjawab, apakah Tuhan mengetahui keberadaan kosmos ini, yang telah beremanasi darinya sebagai akibat niscaya dari keberadaannya. Pertanyaan tentang keberadaan Tuhan yang seperti itu secara keseluruhan bersifat periferal. Aristoteles sendiri mungkin telah meninggalkan teologinya cli akhir masa hidupnya. Sebagai manusia Zaman Kapak, dia dan Plato sama-sama menaruh perhatian terhadap kesadaran individual, kehidupan yang baik, dan masalah keadilan di masyarakat. Namun pemikiran mereka bersifat elitis. Dunia bentuk-bentuk murni Plato atau Tuhan Aristoteles yang jauh, hanya dapat menimbulkan sedikit pengaruh bagi kehidupan orang awam, sebuah fakta yang belakangan terpaksa diakui oleh pengagum keduanya dari kalangan Yahudi dan Muslim. Oleh karena itu, dalam ideologi-ideologi baru Zaman Kapak, terdapat kesepakatan umum bahwa kehidupan manusia mengandung unsur transenden yang esensial. Para pemikir terkemuka yang telah kita bahas telah menerjemahkan transendensi ini secara berbedabeda, tetapi mereka sepakat untuk melihatnya sebagai sesuatu yang krusial bagi perkembangan kaum pria dan wanita menjadi manusia yang utuh. Mereka tidak secara mutlak mencampakkan mitologimitologi kuno, tetapi melakukan penafsiran ulang atasnya dan membantu orang-orang untuk bangkit melampauinya. Pada saat yang sama dengan masa terbentuknya ideologi-ideologi ini, nabi-nabi Israel mengembangkan tradisi mereka sendiri untuk menghadapi kondisi yang berubah, hingga Yahweh akhirnya menjadi satu-satunya Tuhan mereka. Akan tetapi, bagaimana Yahweh yang pemarah bisa sesuai dengan visi-visi lain yang luhur ini?
Comments (0)