Buku Bahasa Indonesia Karen Amstrong: Sejarah Tuhan

Ketika orang Israel mengisahkan kembali peristiwa Pembebasan, mereka tidak tertarik kepada keakuratan sejarah sebagaimana kita sekarang. Alih-alih, mereka ingin mengangkat arti penting peristiwa aslinya, apa pun bentuknya. Beberapa sarjana modern menyatakan bahwa kisah Pembebasan merupakan penafsiran mitikal atas keberhasilan pemberontakan kaum tani terhadap pemerintahan Mesir dan sekutu-sekutunya di Kanaan.15 Ini peristiwa yang sangat jarang terjadi pada masa itu dan akan menciptakan kesan mendalam yang tak terhapuskan pada setiap orang yang terlibat di dalamnya. la juga merupakan pengalaman luar biasa pemberdayaan kaum tertindas menentang penguasa.

Kita akan menyaksikan bahwa Yahweh tidak terus menjadi tuhan Pembebasan yang kejam dan keras, meskipun mitos itu penting dalam ketiga agama monoteistik. Tampaknya cukup mengherankan bahwa orang Israel kemudian mentransformasinya hingga berbeda sama sekali, menjadi simbol transendensi dan kasih sayang. Namun, kisah Pembebasan yang berlumur darah itu terus mengilhami konsepsi yang berbahaya tentang tuhan dan teologi yang sarat dendam. Kita akan menyaksikan bahwa pada abad ketujuh SM, penulis tradisi Deuteronomis (D) akan menggunakan mitos tua itu untuk mengilustrasikan teologi keterpilihan yang menakutkan. Teologi inilah yang, pada berbagai masa, telah memainkan peran menentukan dalam sejarah ketiga agama itu. Seperti halnya semua gagasan manusia, ide tentang Tuhan bisa dieksploitasi dan disalahgunakan. Mitos tentang Umat Pilihan atau pilihan tuhan sering mengilhami teologi kesukuan yang picik sejak era Deuteronomis hingga era fundamentalisme Yahudi, Kristen, dan Muslim yang sedihnya masih menyebar pada masa kita sekarang ini. Namun, Deuteronomis juga melestarikan interpretasi mitos Pembebasan yang sama kuat tetapi berpengaruh lebih positif dalam sejarah monoteisme, yakni yang berbicara tentang Tuhan sebagai pembela pihak yang lemah dan tertindas. Dalam Ulangar 26, kita menemukan apa yang mungkin merupakan interpretasi awal terhadap kisah Pembebasan sebelum dituliskan dalam narasi J dar E. Orang Israel diperintahkan untuk mempersembahkan panen pertama mereka kepada para rahib Yahweh dan memberi penegasar berikut:

Bapaku dahulu seorang Aram. la pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia akan menjadi suatu bangsa yang besar, kuat, dan banyak jumlahnya. Ketika orang Mesir menganiaya dan menindas kami dan menyuruh kami melakukan pekerjaan yang berat, maka kami berseru kepada TUHAN, Allah nenek moyang kami, lalu TUHAN mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan kesukaran kami dan penindasan terhadap kami. Lalu TUHAN membawa kami keluar dari Mesir dengan tangannya yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar, dan dengan tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat. Ia membawa kami 48 Sejarah Tuhan Pada Mulanya ... ke tempat ini [ke Kanaan], dan memberikan kepada kami tempat ini, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dan bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya TUHAN

Tuhan yang telah mengilhami pemberontakan kelompok petani pertama dalam sejarah adalah Tuhan revolusi. Dalam ketiga agama, dia telah mengilhami cita-cita keadilan sosial, meskipun harus dikatakan bahwa orang Yahudi, Kristen, dan Muslim acap gagal meraih cita-cita ini dan bahkan telah mentransformasinya menjadi Tuhan status quo. Orang Israel menyebut Yahweh "Tuhan nenek moyang kami", meskipun tampak bahwa dia merupakan ilah yang berbeda dari El, Tuhan Tertinggi Kanaan yang disembah oleh para patriark. Dia mungkin telah menjadi tuhan orang lain sebelum menjadi Tuhan Israel. Dalam penampakan pertamanya kepada Musa, Yahweh berulang-ulang menegaskan dan dengan panjang lebar bahwa dia benar-benar merupakan Tuhan Abraham, meskipun pada awalnya dia disebut El Shaddai. Penegasan ini mengabadikan gema debat pertama tentang identitas Tuhan Musa. Telah disinggung bahwa Yahweh pada awalnya merupakan dewa para prajurit, dewa gunung berapi, dewa yang disembah di Midian, sebuah kawasan yang kini disebut Yordania.17 Kita takkan pernah tahu di mana orang Israel menemukan Yahweh, jika dia benar-benar merupakan ilah yang sama sekali baru. Lagi-lagi, ini akan menjadi persoalan yang sangat penting bagi kita pada masa sekarang, tetapi tidak demikian halnya bagi para penulis biblikal. Di zaman antik pagan, dewa-dewa sering digabungkan dan disatukan, atau dewa-dewa di satu kawasan dipandang identik dengan dewa kawasan lain. Yang dapat kita yakini adalah bahwa, apa pun sumbernya, peristiwa Pembebasan telah membuat Yahweh menjadi Tuhan Israel yang definitif dan bahwa Musa mampu meyakinkan orang Israel bahwa dia sungguh-sungguh satu dan sama dengan El, Tuhan yang dicintai oleh Abraham, Ishak, dan Yakub. Apa yang disebut sebagai "Teori Midianite"—yakni bahwa Yahweh pada dasarnya adalah Tuhan bagi orang-orang Midian— biasanya didiskreditkan pada masa sekarang, tetapi di Midianlah Musa pertama kali melihat Yahweh. Dapat diingat lagi bahwa Musa terpaksa meninggalkan Mesir karena telah membunuh seorang penduduk Mesir yang didapatinya tengah menyiksa seorang budak berkebangsaan Israel. Musa mencari perlindungan di Midian, lalu menikah di sana. Ketika sedang menggembalakan domba milik mertuanya, dia melihat seberkas cahaya aneh: serumpun semak tampak menyala tapi tidak terbakar. Saat dia mendekat untuk menyelidiki, Yahweh memanggil namanya dan Musa menyahut: "Aku di sini" (hinenif), jawaban setiap nabi Israel ketika bertemu muka dengan Tuhan yang menghendaki perhatian dan kesetiaan total:

"Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkan kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." Lagi la berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub." Lalu Musa menutup mukanya, karena ia takut memandang Allah

Meskipun penegasan yang pertama adalah bahwa Yahweh sesungguhnya merupakan Allah Abraham, ini jelas-jelas merupakan ilah yang sangat berbeda dari yang pernah duduk dan makan bersama Abraham layaknya seorang sahabat. Dia menginspirasikan rasa takut dan mempertegas jarak. Ketika Musa menanyakan nama dan jati dirinya, Yahweh menjawab dengan sebuah permainan kata yang, sebagaimana akan kita saksikan, membingungkan para monoteis selama berabad-abad. Alih-alih secara langsung mengungkapkan namanya, dia menjawab: "Aku adalah Aku" (Ehyeh asher ehyeh)}9 Apa yang dia maksud? Dia tentunya tidak bermaksud, sebagaimana ditegaskan para filosof kemudian, bahwa dia adalah Wujud yang ada dengan sendirinya. Bangsa Ibrani tidak memiliki dimensi metafisikal semacam itu pada tahap ini, dan baru sekitar 2.000 tahun kemudian hal itu diperoleh. Tuhan tampaknya memaksudkan sesuatu yang lebih langsung. Ehyeh asher ehyeh adalah sebuah idiom Ibrani untuk mengungkapkan kesamaran yang disengaja. Ketika Alkitab menggunakan frase seperti, "mereka pergi ke mana mereka pergi," itu artinya: "saya sama sekali tidak tahu ke mana mereka pergi." Jadi, ketika Musa bertanya siapa gerangan dia, Tuhan menjawabnya: "Jangan pikirkan siapa Aku!" atau "Pikirkan dirimu sendiri!" Tak perlu berdiskusi tentang hakikat Tuhan dan tentunya tak ada upaya untuk memanipulasinya sebagaimana terkadang dilakukan oleh kaum pagan saat mereka menyebut nama-nama Tuhan mereka. Yahweh adalah Zat Yang Mutlak: "Aku adalah Aku." Dia akan menjadi apa yang dia pilih dan tidak memberi jaminan apa pun. Dia hanya berjanji bahwa dia akan melibatkan diri dalam sejarah umatnya. Mitos Pembebasan memberi bukti meyakinkan: ia mampu membersitkan harapan baru bagi masa depan, bahkan dalam keadaan yang mustahil.

Distributor pusat penjualan segala alat listrik tenaga surya. Toko online jual listrik tenaga matahari. Produsen Produk solar sel murah.www.tokosolarcell.net . daftar Paket harga penjualan listrik tenaga matahari

Ada harga yang mesti dibayar demi rasa berdaya yang baru ini. Dewa Langit yang lama dirasakan telah terlalu jauh dari perhatian manusia; dan dewa-dewa yang lebih muda, seperti Baal, Marduk, dan Dewi Ibu telah datang mendekati manusia, tetapi Yahweh kembali membuka jurang pemisah antara alam manusia dan tuhan. Ini diperlihatkan dengan jelas dalam kisah di Gunung Sinai. Ketika tiba di gunung itu, orang-orang diperintahkan untuk menguduskan diri dan mencuci pakaian mereka. Musa bahkan hams memperingatkan orang-orang Israel: "Jagalah baik-baik, jangan kamu mendaki gunung itu atau kena kepada kakinya, sebab siapa pun yang kena kepada gunung itu, pastilah ia dihukum mati." Orang-orang berdiri agak jauh dari kaki gunung, lalu Yahweh turun ke atasnya dalam api dan kabut:

Pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung. Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat.20

Musa pergi ke puncak gunung itu sendirian dan menerima Taurat. Bukannya mengalami keadaan yang tertib, harmoni, dan seimbang, seperti visi kaum pagan tentang pertemuan dengan Tuhan, Taurat kini diturunkan ke bumi dari sebuah ketinggian. Tuhan dalam sejarah dapat mengilhami perhatian yang lebih besar tentang dunia kasat, yang merupakan panggung bagi perbuatannya, tetapi ada pula potensi untuk terasing sepenuhnya dari dunia. Dalam naskah akhir Kitab Keluaran, yang ditulis pada abad kelima SM, Tuhan dikatakan telah membuat perjanjian dengan Musa di Gunung Sinai (kejadian yang diperkirakan berlangsung sekitar 1200 SM). Ada perdebatan ilmiah menyangkut hal ini: beberapa kritikus percaya bahwa perjanjian itu tidak dipandang penting di Israel hingga abad ketujuh SM. Akan tetapi, terlepas dari waktu kejadiannya,

gagasan tentang adanya perjanjian itu mengatakan kepada kita bahwa pada saat itu orang Israel belum menjadi monoteis, karena perjanjian semacam itu hanya bermakna dalam latar politeistik. Orang Israel tidak percaya bahwa Yahweh, Tuhan Sinai, adalah satu-satunya tuhan, tetapi bersumpah, dalam perjanjian mereka, bahwa mereka akan mengabaikan semua tuhan lain dan hanya akan menyembah kepadanya saja. Sangat sulit menemukan sebuah pernyataan monoteistik dalam keseluruhan Pentateukh. Bahkan Sepuluh Perintah yang diwahyukan di Gunung menyiratkan penerimaan keberadaan tuhantuhan lain: "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku

Menyembah satu tuhan merupakan langkah yang belum pernah ada sebelumnya: Firaun Mesir, Akhenaton, telah berupaya untuk menyembah Dewa Matahari saja dan mengabaikan ilah-ilah tradisional Mesir lainnya, tetapi kebijakannya segera dibalik oleh penerusnya. Mengabaikan sumber potensial mana dianggap sebagai tindakan yang jelas-jelas bodoh, dan sejarah Israel selanjutnya memperlihatkan bahwa mereka sangat enggan untuk meninggalkan kultus terhadap ilah-ilah lain. Yahweh telah membuktikan keunggulannya dalam perang, tetapi dia bukanlah dewa kesuburan. Ketika bermukim di Kanaan, orang Israel secara instingtif beralih memuja Baal, Penguasa Kanaan, yang telah membuat tumbuhnya tanam-tanaman sejak zaman yang tak mungkin lagi dapat diingat. Para nabi mengingatkan agar orang Israel tetap menepati janji, namun sebagian besar dari mereka terus menyembah Baal, Asyera, dan Anat dalam cara tradisional. Alkitab memang menyatakan kepada kita bahwa ketika Musa berada di Gunung Sinai, sebagian orang kembali kepada agama pagan kuno Kanaan. Mereka membuat patung sapi emas, gambaran tradisional Tuhan El, dan menyelenggarakan ritual kuno di hadapannya. Penempatan insiden ini dalam kesejajaran yang menyolok dengan pewahyuan di Gunung Sinai bisa merupakan upaya para editor Pentateukh untuk menunjukkan adanya perpecahan tajam di Israel. Nabi-nabi seperti Musa menyebarkan agama Yahweh yang mulia, tetapi kebanyakan orang Israel menginginkan ritus-ritus lama, dengan visi kesatuan holistik antara dewa-dewa, alam, dan manusia. Sungguhpun demikian, orang Israel telah berjanji untuk menjadikan Yahweh satu-satunya tuhan mereka setelah pembebasan mereka dari Mesir, dan para nabi tentu akan kembali mengingatkan mereka akan perjanjian ini dalam beberapa tahun kemudian. Mereka telah berjanji untuk menyembah Yahweh saja sebagai elohim mereka,

Jasa pembuatan legalitas perusahaan, atau pembuatan dokumen PT, CV, PMA
Jasa pembuatan pendirian PT, CV, PMA, serta Jasa pembuatan pendirian Yayasan
Murah, Cepat, terpercaya www.konsultanlegalitas.co.id
Like

1

Love

2

Haha

0

Wow

0

Sad

0

Angry

0

Artikel Terkait

Comments (0)

Leave a comment